English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

17 May 2010

Jangan Berubah Fany ( By : Rizqy Fauzia Ahsani)

  Briliana Defany, atau biasanya dipanggil Fany. Umurnya 14 tahun. Dia gadis muslim kelas 2 SMP Pertiwi yang pintar dan baik. Dia juga ramah dan mudah bergaul. Selama ini dia selalu mendapat peringkat 1 di kelasnya. Hobinya membaca buku, biasanya dia lebih suka membaca buku-buku remaja atau sering disebut teenlit. Dia adalah anak Pak Hasan, seorang karyawan perusahaan dan Bu Santi, seorang guru SD. Fany mempunyai kakak bernama Arya, sorang siswa kelas 3 SMA. Kak Arya tidak ada di rumah, karena sekolah kak Arya berada Salatiga. Jadi, kak Arya tinggal di kos-kosan. Pak Hasan memang menginginkan itu. Bukan karena apa-apa, tapi karena pak Hasan ingin anak-anaknya mandiri. Keluarga Pak Hasan tinggal di sebuah daerah di Semarang.
  Di sekolah, Fany mempunyai banyak teman dua teman dekatnya adalah Nina dan Putri. Mereka juga tetangga Fany. Tapi ada juga teman yang tak suka dengan Fany, yaitu Rara dan Ina. Mereka tidak suka dengan Fany karena selama ini mereka hanya mendapat peringkat 2 dan 3. Tapi, Fany tak mau memusuhi mereka. Sikapnya kepada Rara dan Ina tak jauh beda dengan sikap Fany terhadap teman teman lain. Wali kelasnya, Bu Ana juga sangat menyayanginya.
Suatu hari, ketika berangkat sekolah, Fany melihat mobil kijang dan mobil box yang berhenti di rumah kosong di tepi jalan.“mungkin ada orang yang pindah”, pikir Fany.Setibanya di sekolah, dia menceritakan hal itu kepada kedua temannya.“Hey, tadi ada orang pindah, lho”, kata Fany. “dimana ?”, tanya Nina. “di rumah kosong dekat rumah Pak Agus”, jawab Fany.
  Bel masuk tiba-tiba berbunyi. Ketiganya lalu masuk ke kelas. Hari itu pelajaran Matematika adalah pelajaran pertama. Lalu kesenian, Bu Ana mengajarkan geometri. Fany sangat menyukai pelajaran Matematika. Fany sering mengikuti kejuaraan-kejuaran matematika. Dia juga pandai bahasa Inggris, karena dia ingin menguasai bahasa negara lain.
  Ketika pulang, Fany pulang bersama kedua teman dekatnya. Rumah Nani dan Putri dekat dari rumah Fany. Rumah mereka sejalur. “nanti sore jangan lupa ke rumahku, ya! Kita ngerjain PR di tamanku”, kata Putri.“Bilang aja minta diajarin Fany matematika!”, saut Nani“ya,ya!”,Putri jujur“udah-udah, ya nanti aku ke rumahmu, daaa”, Fany menyanggupi
  Ketika sampai di rumah Fany menanyakan tentang orang yang pindah ke rumah kosong dekat rumah Pak Agus. Ternyata Pak Andi, seorang kontraktor yang akan memperbaiki jalan di kelurahan selama beberapa bulan. Istri beliau, Bu Ratna adalah seorang ibu rumah tangga. Mereka memiliki seorang anak semata wayang, yaitu Zahra Fifiana, atau sering dipanggil Zahra. Dia cantik dan pintar.
Jam 3 sore, Fany pergi ke rumah Putri dengan menaiki sepeda. Tiba di rumah Putri, sudah ada Nina dan Putri sudah menunggu seperempat jam lalu.Di taman Putri , mereka bertiga mengerjakan tugas bersama dengan diselingi obrolan obrolan ringan. Setelah pukul 16.30, Nina dan Fany pulang ke rumah masing masing untuk mandi, sholat, belajar, dan kegiatan lain. Malamnya jam 21.00, Fany pergi tidur. Sebelum tidur, Fany menyempatkan diri untuk membaca sebuah teenlit baru miliknya yang berjudul, Biru Laut. Setelah merasa benar benar mengantuk, Fany segera tidur dan berharap hari esok akan lebih baik daripada hari ini.
Pagi hari, Fany bangun, sholat, mandi, sarapan lalu berangkat sekolah. Hari itu, di kelas, Bu ana terlambat masuk kelas, Hingga siswa-siswa menjadi ramai. Beberapa saat kemudian, bu ana masuk kelas dengan diikuti seorang gadis seumuran dengan siswa kelas itu yang agak pucat wajahnya. Ternyata, itulah Zahra, anak Pak Andi. Di luar kelas, ada seorang lelaki separuhbaya yang pergi setelah melihat Zahra telah masuk kelas. Setelah memperkenalkan diri, Zahra lalu duduk di bangku belakang bangku Fany.
   Ketika bel istirahat berbunyi, Zahra pergi ke teras kelas. Fany, Putri, dan Nina pergi menemui Zahra. Mereka bertiga saling bertanya- tanya tentang Zahra. Zahra adalah pindahan dari Bogor, dia sudah pernah pindah sekolah 2 kali, dan ini yang ketiga kalinya Zahra pindah. Itu dilakukan untuk mengikuti pekerjaan ayahnya yang bertugas di berbagai tempat. Pertama kali, zahra pindah ke Jakarta. Karena, waktu itu ayah zahra ditugaskan untuk menjadi kontraktor membangun sebuah gedung di Jakarta. Setelah selesai tugas, Zahra dan keluarganya kembali ke Bogor. Beberapa waktu kemudian, Zahra pindah ke Yogyakarta. Itulah pindah kedua. Dan kini, Zahra ke Semarang. Banyak pengalaman dari berbagai tempat itu. Bahkan, tak pernah Zahra mempunyai teman yang tetap. Tapi setelah, dari Semarang, Zahra ingin tinggal tetap di Bogor, dia ingin meneruskan sekolahnya di sana. Dengan teman teman yang ada di Bogor. Walaupun ayahnya bekerja ke luar daerah, Zahra akan tinggal bersama nenek dan tantenya.
  Tak terasa 15 menit istirahat telah mereka lalui dengan cerita cerita Zahra. Mereka berempat masuk ke kelas untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Keempatnya menjadi sahabat yang akrab. Ketika pulang bersama sama, karena rumah mereka berada pada satu jalur. Setiap sore, jika tak ada tugas sekolah ataupun rumah, mereka bermain bersama di rumah Putri selayaknya seorang remaja putri.
   Hari – hari mereka lalui dengan gembira, bahagia dan ceria. Suatu hari, di sekolah diadakan sebuah ulangan bahasa Indonesia mendadak oleh Pak Rudi, guru Bahasa Indonesia. Semua siswa lalu menolak keberatan. Tapi, ulangan tetap berjalan, karena Pak Rudi tak mau menarik keputusan kembali. “Belajar bukan untuk sekolah, tapi sekolah untuk belajar.” Itulah kata yang sering diucapkan Pak Rudi. Akhirnya semua siswa mengerjakan soal dengan tegang.
Satu hari kemudian, Pak Rudi membagikan hasil ulangan kemarin.”Hanya ada satu nilai terbaik, tapi tidak mencapai seratus.” Kata Pak Rudi. Semua siswa bertanya tanya dalam benak hati mereka. Siapakah yang mendapat nilai tertinggi? Ya, Zahralah orangnya. Dia mendapat nilai 96. Semua siswa tidak menyangka akan hal itu. Terutama Fany, dia tidak menyangka kalau Zahra mendapat nilai tertinggi. Nilai tertinggi kedua adalah Ina dengan mendapat nilai 93. Lho, kapan akan disebut nama Fany? Fany mendapat nilai 90. Dia mendapat peringkat keempat. Kenapa? Tadi malam, Fany tidak belajar, karena Fany pergi ke rumah tantenya. Tante Fany baru saja melahirkan. Jadi Fany menjenguk tantenya.
   Siang, ketika pulang sekolah, Fany dan pergi ke toko buku dahulu sebelum pulang ke rumah. Putri menemani Fany yang ingin membeli sebuah buku baru setelah buku berjudul Biru Laut telah selesai dibacanya. Ina dan Zahra sudah pulang. Sambil memilih milih buku, Putri menanyakan penurunan nilai Fany.” Fan, tadi kok kamu kalah sama Zahra dan Ina?” tanya Putri. “ ya...., tadi malam kan aku nggak belajar, tadi malam aku ke rumah tante Dina.” Jawab Fany.”apa kamu nggak takut kalau prestasimu turun?” Putri bertanya lagi. “ kenapa harus takut kalau aku nggak salah, insyaallah aku akan tetep mempertahankan prestasiku. Belajar, berusaha tak lupa doa. Ya... itulah, setelah itu tawakal”. Jawab Fany. Akhirnya Fany membeli buku teenlit berjudul Lentera Aisha.
   Di rumah, Fany menceritakan tentang nilai Bahasa Indosianya yang turun kepada ibunya. Ibunya tetap memberi semangat dan nasehat kepada Fany. Orang tua sangat menyayangi Fany, tapi mereka ingin, Fany menjadi seorang gadis yan mandiri, dan siap menerima suatu keadaan. Hari itu, ayah Fany pulang lebih awal daripada hari-hari biasanya. Ayahnya bertanya kepada Fany, apakah Fany mempunyai masalah di sekolah. Itulah yang sering dilakukan ayah Fany setiap pulang dari kerja. Fany juga menceritakan penurunan nilainya dan Zahra yang mendapat nilai terbaik.
Sore, Fany membaca buku barunya di belakang rumahnya.Malam harinya Fany belajar dengan giat seperti hari hari biasanya. Fany tak ingin menjadi orang yang merugi lagi. Seperti biasa, Fany membaca buku sebelum tidur, lalu baru tidur.
   Seminggu telah berlalu, hari Rabu, di kelas diadakan ulangan matematika. Fany merasa lebih yakin daripada ulangan Bahasa Indonesia minggu lalu. Ulangan pun berjalan lancar bagi Fany. Pada waktu istirahat, Fany membaca buku Lentera Aisha di perpustakaan sekolah agar Fany merasa tenang. Buku itu sangat menarik bagi Fany. Ceritanya tentang seorang gadis remaja yang disekolahkan di Muslim Boarding School dengan segala keterpaksaan oleh orangtuanya, karena gadis itu akan ditinggal kedua orangtuanya yang akan bertugas di Norwegia. Sementara Fany di perpustakaan, ketiga sahabatnya pergi ke koperasi sekolah untuk membeli peralatan tulis bersama, tanpa dilengkapi Fany.
   Sehari setelah ulangan itu berlangsung, Bu Ana mengumumkan nilai-nilai ulangan matematika. Fany merasa tegang menunggu hasil nilai ulangan matematika.” Nilai tertinggi adalah... Zahra, dengan nilai 100 dan kedua adalah Fany dengan nilai 98 , ketiga...., keempat, ....,...”. Bu Ana menjelaskan kesalahan kesalahan siswa dalam menjawab soal ulangan. Fany hanya kurang teliti saja dalam mengerjakan soal no.8 tentang Aljabar. Fany merasa sangat amat menyesal. Semangatnya menjadi turun mendengar hal itu. Karena ketika ulangan pelajaran kesukaanya, dia tidak bisa mendapat nilai terbaik.
    Jam istirahat Zahra, Putri dan Ina pergi ke kantin Bu Uti untuk jajan. Akhir ini ketiganya sering pergi tanpa Fany. Rasanya seperti sambal tanpa cabai. Fany lebih memilih untuk duduk di bangku taman sendirian sambil memikirkan nilai nilainya yang akhir akhir ini turun.”Apa karena sekarang aku lebih suka membaca buku teenlitku? Tapi, itu sudah menjadi hobiku selama ini sejak aku kelas 5 SD, jadi nggak mungkin! Atau, Zahra selama ini....? ah...! Tapi kenapa Putri dan Ina tidak menghiburku saat ini ketika aku down sekarang? Mereka lebih memilih pergi dengan Zahra!” pikiran Fany melayang-layang kemana-mana. Ketika bel masuk kelas berbunyi, Fany masuk kelas dengan wajah agak cemberut. Fany melihat ketiga sahabatnya sedang berkumpul di bangku Zahra, di belakang bangku Fany.
    Pulang sekolah, Fany lari keluar gerbang sekolah depan dengan cepat. Tak ingin diikuti ketiga sahabatnya. Dia mungkin marah kepada ketiga sahabatnya. Sekarang, Fany jarang bersama ketiga temannya itu, bahkan hampir tidak pernah. Di rumah, ketika malam hari, ayah Fany bertanya apakah Fany mempunyai masalah di sekolah. Tapi Fany tidak mau menceritakan tentang penurunan nilainya dan masalahnya dengan ketiga sahabatnya. Fany takut jika ayahnya kecewa denagn Fany.
Pagi, ketika berangkat sekolah, Fany bertemu dengan Rara di jalan. Sebenarnya, Rara tak mau bicara dengan Fany. Tapi karena Fany memulai menyapa, Rara mau berbicara dengan Fany. Fany ingin bersahabat dekat dengan Rara dan Ina. Karena menurut Fany, dengan berteman dengan mereka berdua, Fany bisa mendapatkan nilai nilai terbaiknya lagi. Mendengar hal itu, Rara berpikir cepat,”mungkin aku bisa memanfaatkan kepintaranmu, Fan!” Pikir Rara dalam hati. Rara pun mau. Sebelum ke sekolah, Rara menjemput Ina di rumah Ina. Fany selalu mengikuti apapun yang dilakukan oleh kedua orang itu, yaitu Rara dan Ina. Sesampainya di sekolah, mereka tidak langsung ke kelas, tapi Rara dan Ina pergi ke Toko DVD depan sekolah untuk membeli DVD film terbaru, jadi Fany mengikuti keduanya.
    Bel masuk berbunyi, ketiga gadis itu berlari cepat dari toko ke kelas. Mereka tahu bahwa jika telat, merka akan dipaggil guru BP. Sebenarnya, Putri,Zahra, dan Ina sudah menunggu Fany masuk kelas dari 20 menit yang lalu. Hari ini, Bu Ana masuk ke kelas. Bu Ana memberikan surat undangan untuk wali murid untuk menghadiri rapat wali murid yang diadakan 4 bulan sekali. Hari itu, siswa dipulangkan lebi awal, dengan catatan akan ada ulangan Fisika pada hari Selasa. Sepulang sekolah, Fany tidak mengikuti Zahra, Putri, dan Nina. tapi mengikuti Rara dan Ina, mereka berencana akan pergi ke plaza untuk melihat pameran elektronik.
Zahra, Putri, Ina heran dengan sikap Fany akhir-akhir ini. Dia lebih suka dengan Rara dan Ina yang dahulu sangat membencinya. Zahra takut, kalau Fany seperti ini karena Zahra selalu mendapat nilai lebih baik daripada Fany. Barukali ini mereka bertiga melihat Fany seperti itu.
    Fany pulang ke rumah jam 2 siang. Padahal, teman temannya sudah pulang dari tadi. Ibu Fany juga merasa anaknya berbeda sikapnya dengan biasanya. Jarang belajar, lebih suka melihat DVD, lebih suka bertelepon, dll. Malam harinya, Fany baru menyerahkan surat undangan untuk orangtua Fany.
Di sekolah, sebagian wali murid datang. Mereka diberitahu tentang perkambangan anak selama 4 bulan.” Briliana Defany, mengalami penurunan yang amat sangat drartis.” Mendengar kalimat itu, Bu Santi terkejut.” Nilai-nilainya turun semua, dan agak sering terlambat pergi ke sekolah.” Semua keterangan Bu Ana tidak disangka oleh Bu Santi. “ Prestasi yang paling baik, ditunjukan oleh Zahra Fifiana.” Jelas Bu Ana.
Setelah pulang, Ibu Fany menanyakan hal penurunan prestasi Fany. Ternyata benar. Di rumah Zahra, Zahra sedang sakit, mungkin karena banyak pikiran tentang Fany. Putri dan Nina menjenguknya.
Pagi hari di sekolah, terlihat Putri dan Ina tanpa Zahra. Zahra tidak masuk sekolah. Dia sakit. Pagi itu, ditekadkan oleh Ina dan Fany untuk bertanya kepada Fany tentang sikapnya.
Artikel disini berguna bagi anda?, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis. Atau berlangganan via email, dengan begitu anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di 54k1jo.blogspot.com

0 komentar Untuk "Jangan Berubah Fany ( By : Rizqy Fauzia Ahsani)" :


Post a Comment

silahkan isi kotak komentar di bawah ini karana bagi yang sudah membaca wajib memberi komentar

← Next previous home
 

recent comment

Teman-TemanKU

Recent Post