Sesampainya di rumah, Alya menceritakan tentang hal-hal yang dialaminya di sekolah kepada ibunya. Tak lupa, Alya juga menanyakan soal-soal yang susah untuk dikerjakan. Sebenarnya, Alya ingin bertanya kepada ayahnya. Tapi apa boleh buat, Pak Ahmad, ayah Alya bekerja sampai sore. Itupun jika ayahnya tidak lelah. Pak Ahmad bekerja di sebuah perusahaan asuransi. Sedangkan ibu Alya hanya seorang ibu rumah tangga. Alya mempunyai seorang adik bernama Dimas. Dimas baru kelas 2 SD, satu sekolah dengan kakaknya.
Setiap malam, Pak Ahmad menyuruh Alya belajar dengan giat. Walaupun biasanya Pak Ahmad menyuruh dengan nada agak tinggi jika Alya sedang malas. Itu semua dilakukan Pak Ahmad agar Alya dapat lulus. Bukan hanya lulus, tapi mendapat nilai yang baik. Dan bukan hanya itu, tapi agar Alya dapat sekolah favorit yang diinginkan. Tapi, Alya sering menyalahartikan ketika Pak Ahmad menyuruhnya belajar dengan nada agak tinggi, hampir marah. Alya menganggap ayahnya melampiaskan kelelahannya pada Alya.
Pagi hari di sekolah Alya sangat ceria bersama teman-temannya. Ibu Alya membekali Alya dengan makan siang untuk persiapan les. Hari itu ada pelajaran IPS. Pelajaran yang susah menurut Alya susah. Untung saja tidak ada mapel IPS dalam UASBN.
Ketika pulang sekolah, Alya pulang sendirian. Shofi sudah dijemput ayahnya. Memang terkadang Alya merasa iri terhadap temannya itu. Tapi Alya berusaha menghilangkan jauh-jauh rasa itu. Sinar matahari yang amat terik dilaluinya sendiri.
Di rumah, Alya bertanya-tanya di manakah keluarganya. Ayah, ibu, dan adik Alya tidak di rumah. Keluarga Alya baru datang pada sore harinya. Malamnya Dimas menceritakan kemana dia pergi bersama ayah dan ibu kepada kakaknya. “Tadi sore aku pergi ke klinik Sehat Sejahtera, lho kak!”, cerita Dimas.”Untuk apa? Tidak ada yang sakit kan, kan?”, tanya Alya penasaran. “Tidak. Tapi, tadi ibu di-USG. Katanya aku akan punya adik. Kakak juga, kakak akan punya adaik lagi, kakak mau perempuan apa laki-laki?”, jawab Dimas. “Hah? Punya adik lagi? Jadi, sekarang ibu sedang hamil?”, tanya Alya kaget. “Iya, kakak senang, kan?” tanya Dimas. “I.....I.....Iya.”, suara Alya terbata-bata. Ternyata ibu sudah hamil 2 bulan. Dan 7 bulan lagi alya akan mempunyai adik lagi.
Di sekolah, Alya kelihatan murung tak seperti biasanya. Dia tidak bermain bersama teman-temannya. Ketika istirahat, Alya hanya terdiam duduk di bangkunya. Sementara teman-teman lainya pergi untuk membeli jajan. Tak seperti biasanya Alya seperti ini. Alya biasanya sangat ceria, senang bermain, dan senang bercerita dengan teman-temannya.
Sepulang sekolah, Alya berbincang-bincang dengan Shofi. Mereka berdua pulang dengan jalan kaki.“Alya, kamu tad kok murung sih? Kamu baik-baik aja kan?”, tanya Shofi. “ ng........nggak apa-apa kok, aku boleh tanya sesuatu nggak?”, jawab Alya. “ Ya, boleh. Apa?”, Shofi menyanggupi.“jika seandainya kamu akan punya adik, apa yang kamu rasakan?”. “Ya, aku akan sangat senang. Dia pasti akan yang menemaniku jika kesepian. Apalagi selama ini kakakku sekolah di luar kota, jadi aku selalu sendirian di rumah jika bapak dan ibuku pergi.”.“Tapi, apa kamu tidak takut kalau.......... Ah, tidak usah!”.“Takut apa, Al? Takut kalau orang tuaku tidak sayang lagi denganku?”.“Lho, kamu kok tahu?”.“Ya, aku tahu. Jadi, kamu akan punya adik lagi, ya? Kenapa harus takut? Kamu seharusnya senang!”. “Tapi sekarang ayah sering marah denganku! Setiap malam, ayah sering memarahiku untuk belajar. Ayah sering mengajak Dimas pergi, sedangkan aku tidak.”.“Sebenarnya, semua itu demi kebaikanmu. Ayahmu pasti ingin kamu lulus UASBN. Bukan karena ayahmu tidak sayang denganmu. Bahkan ayahmu sangat sayang denanmu.” .Tak terasa 10menit mereka lalui dengan berbincang-bincang, mereka berdua sampai di depan rumah Alya. “Ya sudah, Fi. Aku pulang dulu ya! Sampai ketemu besok ya!”, kata Alya berpamitan. “Eh kalau bisa, besok kamu main ke rumahku ya!” pinta Shofi. “Ya, insyaallah kalau bisa!”, jawab Alya.
Di rumah, sikap Alya sama ketika di sekolah. Menjalani semua kegiatan dengan murung. Kali ini, Alya tidak menanyakan soal yang menurut Alya tidak bisa, dia lebih memilih berdiam di kamar. Malamnya, Pak Ahmad menyuruh Alya belajar dengan memberi beberapa nasehat. Lagi-lagi, Alya menyalahartikan hal itu. Alya langsung ke rumah Shofi. Sebelumnya, Alya sudah meminta izin kepada ayah dan ibunya pada pagi hari. Sampai di rumah Shofi, Alya diajak untuk sholat Dzuhur terlebih dulu, lalu makan siang. Ibu Shofi sangat baik dan ramah. Seusai itu, Shofi mengajak untuk belajar di kamarnya. Kamarnya sangat rapi dan bersih. Di dalam kamar, Alya melihat beberapa foto berderet di meja belajar Shofi. Di situ, berderet foto-foto Shofi. Tapi di deret terakhir, ada sebuah foto yang sangat menarik bagi Alya. Di foto itu ada foto Shofi kecil, kakak Shofi yang menggendong seorang bayi laki-laki. Alya penasaran, siapakah bayi itu.”Fi, bayi itu siapa?”, tanya Alya penasaran. “oooooooo itu, Itu adalah adikku. Namanya Putra.” Jawab Shofi. “Sekarang dimana?”.“Adikku sudah meninggal. Ketika dia masih berumur 11 bulan. Kata ibu,waktu itu dia demam tinggi, dan akhirnya dia tidak ada.”.“Maaf ya, Fi. Aku mengingatkanmu akan hal itu. Kamu pasti sangat sedih kehilangan adikmu.”.“Tak apa. Ya, memang sedih, tapi mungkin itu sudah skenario-Nya untukku. Dan Dimas pasti akan sedih jika bernasib sama sepertiku. Dia ingin sekali punya adik. Dan jangan kecewakan Dimas, Al!” “Sekali lagi maaf, ya. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih!” “Nggak apa-apa. Udah, kita belajar lagi yuk!!!!!!!”Mereka berdua melanjutkan belajar. Alya masih takut jika menyakiti hati Shofi. Tapi, Shofi tidak marah dengan Alya. Shofi adalah sahabat yang baik, pemaaf, dan dewasa. Alya pulang ke rumah setelah selesai belajar. Kira-kira pukul 15.30. Sampai di rumah, sikap Alya sudah seperti biasa lagi, ceria. 7 bulan telah berlalu, Alya sudah masuk di sekolah favorit yang diingankannya. Dan ibu Alya melahirkan bayi yang sehat dan normal. Akhirnya, Alya mempunyai adik baru perempuan. Alya sangat senang, dan berjanji akan menyayanginya. Alya yakin, ayahnya akan memberi kasih sayang yang sama. Semua yang dilakukan ayahnya itu demi kebaikan Alya. Pak Ahmad ingin anaknya menjadi anak yang sukses, dewasa, mandiri, berakhlaq mulia, dan pintar.
Artikel disini berguna bagi anda?, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis. Atau berlangganan via email, dengan begitu anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di 54k1jo.blogspot.com
1 komentar Untuk "Adik Baru (by : Rizqy Fauzia Ahsani)" :
Post a Comment
silahkan isi kotak komentar di bawah ini karana bagi yang sudah membaca wajib memberi komentar